Mengapa Harus Puasa, Ketika Tuhan Tidak Memerlukan Ibadah Puasa Kita?

         Saya sering sekali mendengan ustad/ustadza ketika berceramah mengucapkan “sesungguhnya Tuhan tidak butuh pada Ibadah kita, tapi kitalah yang membutuhkan ibadah tersebut” bagi seorang pemikir perkataan itu sangat menggelitik pikirannya, nalar tidak bisa menerima hal demikian, mungkinkah ketika kita membuat sesuatu kita tidak memerlukan sesuatu itu, biasanya para mahasiswa mengucapkannya dengan timbal balik.
          Bulan ini kita kenal dengan bulan Puasa, pada bulan ini, umat Islam harus berpuasa, menahan lapar, haus pada waktu siang, sehingga ketika beraktifitas kebanyakan tidak semangat, karena yang ada dalam benaknya makan dan minum. puasa dilakukan hanya mengharap ridha Allah, tapi anehnya Tuhan sama sekali tidak memerlukan puasa kita itu, bagaimana umat Islam bisa mencari ridha Tuhan, ketika yang dia kerjakannya Tuhan sama sekali tidak membutukan.
         Pabrik dan rumah dsb. dibuat atas dasar kebutuhan orang yang membuat pada hal itu, seperti pabrik dibuat untuk memberikan pekerjaan pada masyarakat dan menambah kekayaan bagi kapitalis, rumah juga seperti itu, dikarenakan pemiliknya butuh untuk berteduh ketika hujan atau istrahat. Puasa sediri merupakan perintah Tuhan pada umat Islam, sehingga dengan berpuasa umat Islam bisa gugur salah satu kewajibnya.
Memang pada dasarnya Tuhan tidak memerlukan puasa, menahan lapar, menahan haus, tapi secara esensial, puasa merupakan bentuk penghambaan kita pada Tuhan, dengan menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganya, kita sudah sah baik secara data atau secara realita sebagai makhluk Tuhan, beda halnya dengan orang yang berpaling, saya_pun tidak punya bahasa untuk mengatakan siapa yang menciptakan orang itu.
Tuhan punya sifat “maha pintar” dari sifat itu Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya, seperti kita membuat meja, masak kita tidak bisa mengambil manfaat dari meja yang kita buat itu, tidak masuk akal sama sekali. Adanya ibadah Puasa dikarenakan Tuhan ingin melihat siapa yang benar-benar makhluknya.
Saya mempuanyai peliharaan dirumah, saya sayang benget sama peliharaan saya, disamping dia lucu, dia juga bisa saya perintah, disuruh ambilkan korek, rokok, atau ranting pohon, saya menyeruh dia karena itu peliharaan saya, kalau bukan punya saya pasti tidak bakalan mau disuruh. Sama saja dengan ibadah puasa kita ini, melakukan ibadah Puasa dikaranakan pencipta kita, memerintahkan kita berpuasa, karena Tuhan yang memegang kendali atas kebebasa kita.
Puasa juga mengingatkan kita pada sesama, banyak orang diluar sana kelaparan, bukan pada bulan puasa saja dia yang memikirkan makaan tapi bulan-bulan yang lagu demikian, terkadang satu hanya maakan satu kali, seperti puasa tiap hari, bahkan lebih, mungkin dengan berpuasa kita juga memikirkannya.
Saya juga sering melihat orang hanya bisa kasian, tidak punya inisiatif membantu, biasanya ada orang tua yang bilang keanaknya, kasian orang itu ya nak, kamu jangan sampai kayak pengemis itu. Kalau dilihat dari sisi pojok orang itu benar, sebab disisi pojok dia hidup sediri, tapi kalau dilihat dari sisi yang lain, hal itu salah, seharusnya orang tua memberikan pendidikan pada anaknya mengasihi sesama.
Biasanya puasa juga jadi alasan yang paling mutahir untuk malas-malasan, pada suatu ketika saya sedang puasa, pada waktu itu juga saya disuruh seseorang untuk kerja sesuatu, tapi saya bilang pada orang itu kalau saya sedang puasa, seketika orang itu tidak menyuruh saya lagi, dengan berpuasa bukan malah kita boleh malas-malasan, tapi dengan berpuasa seharusnya kita semangat menolong orang lain, bukan puasa jadi alasan tidak menolong orang.
Kewajiban ibadah puasa manusia banya bisa mengambil pelajaran, mulai suka beramal yang baik, seperti menolong sesama atau mimikirkan sesama, kalau manfaat itu dikembalikan pada manusia. Kalau dikembalikan pada Tuhan,, dengan berpuasanya umat Islam menjadi bukti,  bahwa Tuhan sebagai pemilik dan manusia hamba Tuhan, Mulla Sadra biasa menyebutnya eksistensialisme, faham yang mengatakan, tanpa adanya makhluk Tuhan tidak bisa disebut Tuhan, karena tidak ada yang mengakui ketuhananya.
Manusia ada di dunia ini sebagai senjata andalan Tuhan, tanpa adanya makhluk siapa yang akan mengetahui Tuhan itu sebagai Tuhan. Pemimpin dikatakan pemimpin dikarenakan ada masyarakat yang dipimpin tanpa adanya masyarakat tidak akan mungkin ada istilah pemimpin, begitu juga Tuhan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama