Konsep Kebebasan Menurut Muhammad Abduh

Absrak 

    Terbentuknya karater seseorang bermula dari Pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga dan Pendidikan waktu kecil, sampai menghasilkan generasi yang hebat atau_pun buruk. generasi yang baik bemula dari rumah tangga yang baik atau pengelolaan Pendidikan yang baik bagi setiap generasi sesudahya, seseorang itu bagaikan pohon, pohon yang baik berawal dari biji yang baik pula dan mendapatkan air, tanah dan udara yang sesuai untuknya.

    Dalam tulisan singkat ini saya akan coba sedikit mengupas latar belakang Muhammad Abduh, bermula dari Pendidikan yang menjadi pondasi awal tentang pemikiranya yang revolusioner, sehingga Namanya tertulis dalam tinta sejarah manusia. Pergulatannya dengan sosial menciptkan keperibadian yang angguh dan tahan banting, kadang kala kita berfikir bahwa keluarga generasi yang baik bermula dari keturunan yang mashur di masyarakat, padahal tidak seperti itu, Tuhan menciptkan manusia di dunia dalam keadaan telanjang, tidak punya pengetahuan, semua sama tidak ada yang special dalam kehadiranya di dunia, dari hal tersebut manusia dituntut pintar dalam menghiasi hidupnya, baik dihias dengan kebaikan atau keburukan, pengetahuan atau kebodohan, sampai menghasilkan karakter yang dia buat sendiri dalam menjalani hidup.

    Sebuah tatanan pindidikan yang bodoh, akan menciptkan generasi yang bodoh, dan tunduk pada penguasa yang zalim, tetaplah berrsama orang-orang bodoh supaya kamu terlihat pintar. Muhammad Abduh sendiri hampir berhenti, sebab dia merasa kalau dirinya tidak akan bisa pintar, seandainya hal itu terjadi pasti kita tidak akan mengenal sosok Muhammad Abduh, dia hanya akan jadi petani seperti orang tuanya, tidak akan dikenal seperti sekarang ini, tapi Tuhan berkata beda, Namanya tercantum dalam khazanah keislaman dan diperkenalkan di setiap perguruan tinggi. Aristoteles sendiri pernah berkata “ketika kamu gagal kamu akan mengenal teman-temanmu, tapi ketika kamu sukses teman-temanmu akan mengenalmu” kita hanya jadi sampah masyarakat yang tidak tahu kapan di buang atau didaur ulang.

    Saya juga akan sedikit menyinggung tetang pemikiran rasionalnya, bermula dari Pendidikan yang menindas, tidak sedikit_pun menjelaskan tetang kecedasan berfikir, hanya yang hanya memberikan tawaran kebodohan, sebab semakin kamu banyak menghafal maka semakin banyak pula kamu tahu, bukan faham, sebab Pendidikan waktu itu dan masih dirasakan sampai sekarang, murid hanya di suruh menghafalkan nama barang, tanpa mengetahui barang itu terbuat dari apa saja. Semisal murid hanya di suruh menghafal nama kopi tanpa dipelajari bagaimana membuat dan takaran dalam membuat kopi.

A.    Kehidupan Muhammad Abduh.

    Latar belakang Muhammad Abduh sebagai pemimpin Islam di zaman modern, mulai dari masa kecil sampai dia dewasa, seperti tatanan sosial dan pendidikannya banyak yang menjelaskan, mulai dari tulisanya sendiri atau orang lain yang menjelaskan Muhammad Abduh melalu karangan-karangan. Ketenarannya seakan tidak ada selembar kertaspun yang menghalangi, pemikiranya yang cukup revolusioner banyak yang terpengaruh baik dikalangan Islam atau di dunia barat sekalipun.

    Muhammad Abduh lahir di suatu desa di mesir, tempat di desa mana dia lahir tidak dapat di ketahui sebab orang tuanya merupakan orang desa yang tidak mementingkan tanggal dan ditempat mana dia lahir. Pada umumnya pada tahun 1849 dipercayai sebagai kelahiran Muhammad Abduh, ada juga yang mengatakan bahwa Muhammad Abduh lahir sebelum tahun tersebut, perbedaan tanggal lahir tersebut disebabkan oleh kekacawan yang terjadi pada tahun 1804-1849 M. pada pemerintahan Muhammad Ali, kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa untuk mengumpulkan pajak, menjadi bencana tersediri pada masyarakat, tidak tahu mau meminta pertolongan pada siapa? Kecuali pada Tuhan atau menjauh dari tempat tersebut.

    Abduh Hasan Khairullah merupakan bapak dari Muhammad Abduh, dia berasala dari Turki dan tinggal di Mesir, dari perantawan tersebut dia mendapatkan jodoh di Mesir dan nantinya dia yang akan menjadi ibu dari Muhammad Abduh itu sendiri. Banyak yang mengatakan bahwa silsilah dari ibunya sampai pada suku bangsa Umar Ibn Al-Khattab, sedangan dari bapaknya sendiri merupakan petani biasa yang hanya mengandalkan kekuatan untuk mencukupi kehidupan, dari ketulusan hati dan harta yang halal menjadi pondasi yang paling mendasar kecakapan dalam berbicara dan kecakapan berfikir dari anaknya.

    Seperti biasanya anak yang lahir disuatu desa kecil dan sebagai mana anak petani pada waktu itu, ketika orang tuanya mempunyai uang lebih, maka pantas untuk anaknya dikirimkan kesekolah, seperti halnya Muhammad Abduh dikirimkan ke jami’al-Ahmadi untuk mendapat Pendidikan agama, maski begitu dia tidak memperoleh ilmu dari tempat tersebut, terlalu jumutnya sistem Pendidikan di Islam hingga harus meninggalkan anak didik dalam kebodohan, dia diajarkann menghafal nama sesuatu tanpa dia sesuatu itu apa? Sehingga Pendidikan Islam cenderung membosankan, kita harus tunduk pada guru tanpa menelaah kembali apa guru itu benar atau salah.

    Setelah berapa waktu lamanya Muhammmad Abduh dia belajar tapi tetap saja dalam kebodohan, sehingga dia putus asa dan ingin mejadi petani saja, maski dia belajar dia tidak akan faham apa yang dibicarakan, tapi orang tuanya tidak mau anaknya bodoh, dengan memaksan Muhammad Abduh untuk tetap belajar, sehingga mununtut dia untuk lari ke desa lain, hal inilah yang menjadi penyebab bertemunya Muhammad Abduh dengan Syekh Darwisy Khadr, andai kata Muhammad Abduh tidak lari bagaimana hidupnya akankan semasyhur ini, orang desanya akan melihatnya sebagai mana bapaknya yang petani, Namanya tidak akan dicatat dalam bingkai sejarah, seperti perkataan Aritoteles: Ketika kamu sukses teman-temanmu yang akan mengenalmu, tapi ketika kamu gagal kamu yang akan kenal teman-temanmu.

    Tetang gagasan awal pemikiran Muhammad Abduh tentang Islam terletak pada sisitem pendidikan jumut yang ada ditubuh umat Islam sendiri, faham yang mengatas namakan bahwa pendapat ulama terdahulu merupakan pendapa final atau kita istilahkan dengan perkataan Tuhan atau memuja berlebih-lebihan kepada wali, kepetuhan akan membuta pada ulama tidak menerima perubahan. Memusuhi ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan di masyrakat Islam, hal seperti itu menuruh Muhammad Abduh harus diubah, sebab pengetahuan akan mengubah mata rakyat, sehingga untuk dikendalikann semakin sulit.

    Hal yang dikatakan seperti di atas ini merupakan bid’ah, yang masuk pada Islam sehingga umat Islam akan lupa akan ajaran yang sebenarnya. Untuk memperbaiki hama itu, harus dibasmi, dengan kembali ke ajaran-ajaran Islam yang semula, yaitu pada zaman salaf, zaman dimana shabat masih ada dan dimana ulama-ulama besar berdiri dengan tenangnya.

B.    Basis Awal Memperoleh Pengetahuan.

Jalan untuk memperoleh pengetahuan menurut Muhammad Abduh ada dua yaitu akal dan wahyu. Wahyu sendiri dia artikan sebagai pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa hal itu berasal dari Allah, baik dengan perantara maupun tidak. Muhammad Abduh memposisikan manusia berada di dasar jurang sedangkan Tuhan berada di puncak alam wujud, sehingga Tuhan kasihan melihat kelemahan manusia dan membantunya melalui wahyu untuk bisa melihat kekuasaanya, akan tetapi manusia yang dimaksudkan Muhammad abduh dalam hal ini adalah kaum khawas yang mempunyai kemampuan mencapai Tuhan dan alam gaib.

Umat manusia dalam pendapatnya, adalah anak yang pada mulanya kecil dan kemudian besar menjadi dewasa. Tuhan menghadapi manusia sama dengan seorang bapak menghadapi anaknya. Agama bagi umat yang silam, diwaktu masih tingkatan anak-anak, membawa ajaran dalam bentuk perintah mutlak, larangan keras dan penyerahan diri tanpa syarat pada kehendak mutlak Tuhan. Kemudian setelah umat manusia menjadi dewasa, agama berbecara kepada perasaan merek, sama halnya dengan seorang bapak menghadapi anak-anaknya yang masih remaja. Agama datang dengan ajaran-ajaran zuhud yang menjauhkan manusia dari kehidupan dunia dan memusatkan perhatian pada kehidupan yang lebih mulia di akhirat. Kemudian sampailah umat manusia pada masa dewasanya dan Islampun datang berbicara kepada akal dan bukan lagi berbicara kepada perasaannya.

Perbedaan pendangan ini membuat konfik dan serangan dari banyak sudut, sebab pemikirannya mendobrak tradisi yang sudah mengakar dikalangan umat Islam, maski begitu dia berbicara dengan kasih sayang pada masyarakat, sehingga tidak ada kata berhenti untuk hal yang bernilai manfaat, maskipun nantinya dia akan di tersungkur dan diinjak-injak atau berdiri tegak sebagai pemimpin agama di zaman modern. Dimasyarakat jahiliyah kesadaran dan kecerdasan berfikir merupakan suatu kesalahan, seperti halnya perkataan Sadarta Qautama “menjadi pulau di nageri danau merupakan dosa tanpa ampun” hal seperti ini yang dihadapi Muhammad Abduh.

Setelah itu dia membuka kembali pintu ijtihad untuk menyesuikan Islam dengan tuntutan zaman modern. Hal itu diawali  dengan perubahan sistem pendidikan yang ada di al-Azhar, sebab dia yakin ketika pendidikan di al-Azhar diperbaiki, kondisi umat Islam akan membaik, apabila al-Azhar ingin diperbaiki, pembenahan administrasi dan pendidikan yang ada ditubuh Islam harus dibenahi, kurikulum diperluas mencakup sebagian ilmu-ilmu modern, sehingga al-Azhar bisa berdiri sejajar dengan universitas lain di Eropa.

Muhammad Abduh berpendapat bahwa, premis yang melandasi keimanan adalah akal dan wahyu, sehingga bukti-bukti_pun tidak lagi dipergunakan. Maskipun seperti itu ada hal-hal yang tidak diperbolehkan untuk diketahui ketika hal tersebut akan menyebabkan kekecawan dalam beriman, hal-hal yang ada dalam wahyu harus difahami dengan akal yang rasional dengan metode logika yang ditawarkan aristo dan berepa ilmuan yang lain, supaya teks wahyu itu hidup dan tidak stakanan pada satu sudut pandang. Akal dan wahyu berfungsi sebagai konfirmasi dan informasi untuk menguatkan dan meyempurnakan pengetahuan akal.

Dari beberapa pandangan yang disampaikan di atas seakan-akan Muhammad Abduh mengatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan berfikir dan bertindak. Maskipun begitu Muhammad Abduh tidak menafikan akan kehendak Tuhan sang pengelola alam, hanya ada kadar masing-masing dalam memposisikan makhluk dan khalik diterima atau tidak kehendak dan cara befikir manusia finalnya ada di Tuhan.

Penyebab paling mendasar yang menyebabkan pemikiran rasional Muhammad Abduh lebih kepada sosial kulturan yang sedang dihadapi, kerena waktu itu negara Islam mengalami keterpurukan mulai dari sistem Pendidikan, penjajahan Eropa pada timur, sehingga Muhammad Abduh harus mereduksi kembali pemikiran yang mengakar di umat Islam. Hingga kesadara berfikir harus ditumbukan di tubuh Islam sendiri, kepekaan sosial yang akan menyebabkan Islam berdiri tegak di masa depan.

C.    Pemikiran rasional Muhammad Abduh.

Islam yang pada saat itu mengalami kemurosotan baik dalam hal metodologi dan bahkan keilmu. Dengan demikian Muhammad Abduh hadir sebagai salah satu tokoh yang ingin memutus kobodohan yang ada di tubuh umat Islam, konsep tauhid rasional menjadi mudal utama yang dimilikinya dalam mendobrak kemuhudan tersebut, sebab ketika kita ingin memasuki suatu tempat yang di penuhi dengan halangan, hal yang utama yang harus kita lakukan menyingkirkan penghalang tersebut.

Ketika kita lihat secara seksama, pada dasarnya pemikiran rasional Muhammad Abduh sendiri berangkat dari tiga hal, sebagai mana akan kami jelaskan sebagai berikut:

a.       Pembabasan dari belenggu taqlid.

dalam hal ini Muhammad Abduh ingin menghancurkan apa yang disebut taglid, hal itu yang menjadi hal yang paling utama dibumi hanguskan, sehingga pintu ijtihad bisa kembali dibuka. Taglid itulah yang menyebabkan tertidur pulas dalam dokmatisme agama, terlepas dari beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab taglid itu ada.

Taqlid sendiri mengakibatkan umat Islam malas dalam melakukan suatu trobosan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, sebab ketika produk yang dihasilakn tidak sama dengan bebeapa pendahulunya menjadi hal yang buruk, bagi ilmuan yang melakukan itu. Sehingga umat Islam harus puas dengan apa yang sudah dihasilakan oleh pendahulnya, tidak haru ada rovolusi ilmu dalam Islam, ilmuan terdahulu sudah mempersiapkan hal terjadi Makan dari hal yeng demikian Muhammad Abduh menghendaki hal yang berbeda dari pada pendahulunya, sebab dia tidak pernah puas kalau hanya menikmati produk yang dimilki orang lain. Muhammad Abduh yang punya mental tidak gampang menyerah dan tidak menjadi agama sebagai alasan untuk tidak berbuat sesuatu.

b.       Purifikasi ajaran Islam.

Maski Muhammad Abduh menempatkan posisi akan sebagai landasan untuk mendapat pengetahuan, dia juga menjadikan al-Quran dan Hadist sebagai pemurnian kembali ajaran -ajaran keisaman. Bahkan dia mengucapkan “seharusnya orang muslim tidak percaya pada sesuatu yang disebut karomah yang dimiliki para wali” sebab dengan hal itu umat Islam mengalami lalai dalam melakukan segala hal, bahkan untuk menjadi khalifah di bumi.

Banyak yang sudah terjadi, seakan orang yang paling baik adalah mereka yang hanya memikirakan kedekatannya pada Tuhan, sehingga lupa kalau mereka punya beban yang sangat mulya yang sudah dikasih Tuhan. merasa berzikir ada hal yang paling baik, ketimbang membantu orang meringankan permasalahan sesamanya. Bahkan ada banya orang-orang Islam yang berbodong-bondong menjadi sufi, hanya untuk mendapat ketenangan jiwa, padahal mereka semua tidak pernah merasa kalau jalan sufi itu diperuntukan bagi setiap manusia yang mengalami kegagalan, sehingga dia hanya yang ada dibenaknya bukan memperbaiki diri, tapi memasrahkan semua pada Tuhan.

REVERENCE

Ø  Ali Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi,1995).

Ø  Muhammad Abduh, Risalah at-Tauhid,(Mesir: Dharus Zhuruk, 1994).

Ø  Nasution Harun, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (Jakarta: UI-Press,1987).

Ø  Naution Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:Bulan Bintang, 1996).

Ø  Nurlaelah Abbas, “Muhammad Abdu: Konsep Rasionalisme dalam Islam”Dakwah Tabligh, edisi 1 Juni, 2014.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama